Jika dalam sebuah kelas terdapat 30 orang mahasiswa misalnya, maka
saya sangat yakin mengatakan bahwa sekitar 80-90% diantara mereka
menggunakan/memilih internet sebagai tempat pertama dalam penelusuran
literatur untuk tugas kuliah atau untuk kepentingan tugas akhir mereka,
yang penelusuran literatur di rak-rak buku perpustakaan menjadi pilihan
kedua.
Mengapa demikian?, karena internet menyediakan hampir semua literatur
yang dibutuhkan oleh mahasiswa, yang terpenting keyword yang mereka
masukkan tepat maka search engine akan menampilkan literatur yang mereka cari secepat kedipan mata.
E-Learning, Konsep Baru Metode Belajar Mengajar
Bukan hanya pencarian literatur yang berhasil dimodifikasi oleh
perkembangan dunia internet, akan tetapi juga konsep atau metode belajar
mengajar. Metode konvensional (tatap muka dalam kelas) yang selama ini
banyak diaplikasikan, mulai mendapatkan pendamping, adalah E-learning, sebuah metode alternatif dalam proses belajar mengajar.
E-learning
tidak menuntut kehadiran pengajar dan siswa secara fisik dalam sebuah
ruang kelas. Ruang kelas diubah menjadi ruang digital, dimana siswa
dapat berinteraksi dengan pengajar kapan pun dan dimana pun, selama di
tempat mereka dapat mengakses internet.
E-learning sudah banyak dikembangkan di Negara-negara maju, salah
satu contohnya ialah metode kursus yang diselenggarakan oleh Cornell
university-Amerika Serikat bekerjasama dengan Unicef, pada bulan
Juli-September 2012.
Setiap peserta yang ingin berpartisipasi dalam kursus tersebut, harus
melakukan registrasi terlebih dahulu. Setelah peserta memiliki akun
sebagai peserta, maka mereka sudah bisa mengakses media belajar seperti
menyaksikan penjelasan dari pengajar, mendownload bahan ajar,
mengerjakan soal-soal serta berinteraksi dalam forum yang sudah
disedikan jika terdapat hal-hal yang ingin ditanyakan oleh peserta
kursus.
Di Indonesia, konsep E-learning belum begitu massif diaplikasikan,
meskipun hampir semua sekolah maupun kampus-kampus sudah memiliki
jaringan internet dengan fasilitas wifi. Terdapat beberapa fator
penyebab rendahnya penggunaan E-learning di Indonesia, salah satunya
ialah rendahnya minat pengajar di Indonesia menggunakan E-learning
tersebut, karena E-learning tidak semata-mata mengandalkan kemampuan
akademis akan tetapi juga harus didukung dengan keterampilan pengajar
dalam hal penggunaan internet.
E-Learning Ilmu Pendidikan, Sebuah Metode Alternatif
E-Learning Ilmu Pendidikan
merupakan E-learning pertama dan mungkin satu-satunya di Kab. Maros
yang dikembangkan oleh salah seorang dosen yang mengajar di salah satu
Universitas di Kab. Maros. Ide dasar dari E-Learning Ilmu Pendidikan
tersebut bukan hanya untuk memudahkan mahasiswa dalam mengakses bahan
ajar serta berinteraksi dengan pengajar, akan tetapi juga merupakan
wadah untuk membiasakan mahasiswa menggunakan internet secara bijak dan
tepat.
Penggunaan E-Learning Ilmu Pendidikan
tersebut cukup mudah, anda cukup melakukan registrasi, setelah itu
semua fasilitas yang terdapat pada portal tersebut bisa anda gunakan,
mulai dari mendownload bahan ajar sampai kepada berinteraksi langsung
dengan pengajar jika anda memiliki permasalahan dalam memahami sebuah
konsep dalam materi yang disajikan..
Pemerintah hingga saat ini, paling tidak sudah mencoba memfasilitasi pengajar mengaplikasikan E-learning,
salah satu contoh ialah pada pertengahan tahun 2011, beberapa guru
SMA, termasuk di dalamnya beberapa guru yang berasal dari Kab. Maros
mendapatkan pelatihan aplikasi E-learning di SEAMEOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Organization-Regional Open Learning Center) yang bertempat di Jakarta.
Tentu saja kegiatan tersebut merupakan langkah awal yang cukup baik
dalam meningkatkan minat serta keterampilan pengajar dalam menggunakan
metode E-Learning Ilmu Pendidikan. Kebutuhan mendesak saat ini adalah membangun komunitas pengguna E-learning, khususnya di Kab. Maros.
Wadah tersebut bertujuan sebagai tempat saling berbagi pengalaman dan
support dalam mengaplikasikan E-learning. Karena tanpa sebuah
komunitas, maka pengajar yang selama ini menggunakan E-learning akan
merasa sendiri dan saat menemukan masalah tentu saja tidak bisa
mendapatkan support dengan cepat, berbeda jika komunitas sudah
terbangun, setiap member bisa saling berbagi dan mendukung jika mereka
mengalami masalah.
Komunitas Blogger Maros
merupakan salah satu kelompok penggiat IT di Kab. Maros yang memiliki
peran penting dalam menginisiasi terbentuknya komunitas pengguna
E-learning pendidikan khususnya di Kab. Maros.
Karena E-Learning Ilmu Pendidikan adalah sebuah keniscayaan, maka mengapa harus menunggu besok?, saatnya berbuat.
0 komentar:
Posting Komentar